Jakarta | Aktivitas pabrik Tiongkok pada bulan April tercatat turun ke level terendah dalam lebih dari dua tahun terakhir. Hal itu terutama dipicu oleh kerusakan ekonomi akibat penguncian atau lockdown dan pembatasan ketat Covid-19 serta meningkatnya kekhawatiran tentang gangguan lebih lanjut pada rantai pasokan global.
Berdasarkan data Biro Statistik Nasional Tiongkok (NBS), indeks manajer pembelian manufaktur resmi pada April turun menjadi 47,4 poin, dari bulan sebelumnya yang berada di level 49,5. Angka itu hampir sesuai dengan prediksi rata-rata ekonom Bloomberg.
Wabah virus corona yang terbaru memang memaksa sejumlah perusahaan untuk mengurangi atau bahkan menghentikan produksi.
Ahli statistik senior NBS Zhao Qinghe mengatakan bahwa aktivitas di industri jasa Tiongkok turun tajam akibat dampak parah dari wabah Covid. Melansir Bloomberg News, kegiatan usaha di 19 dari 21 sektor jasa yang disurvei, termasuk transportasi udara, akomodasi dan katering, mengalami kontraksi.
Beijing berada di bawah tekanan yang meningkat untuk mendorong pertumbuhan karena wabah Covid-19 dan pembatasan di banyak kota melumpuhkan sebagian besar ekonominya, yang terbesar kedua di dunia.
Banyak pabrikan telah mencoba untuk tetap beroperasi dengan menggunakan apa yang disebut sistem loop tertutup, di mana para pekerja tinggal di lokasi dan diuji secara teratur. Namun aktivitas masih terhambat oleh pembatasan mobilitas yang panjang, termasuk di Shanghai, di mana sebagian besar penduduk telah dikunci selama sebulan.
Kemacetan logistik telah menyebabkan kekurangan suku cadang dan membuat perpindahan orang dan barang di dalam negeri dan lintas batas menjadi sulit. Pengeluaran konsumen juga turun lantaran orang-orang tinggal di rumah, secara sukarela atau tidak.[]
Leave a Reply