Perang Rusia-Ukraina Dorong Lonjakan Ekspor Produk Singkong

Ilustrasi singkong. (Foto: Narsum.id/Pixabay/Brett_Hondow)

Jakarta | Ekspor produk singkong Thailand antara Januari dan April melonjak 28% dari periode yang sama tahun lalu seiring dengan para importir mencari alternatif biji-bijian, di tengah krisis pangan yang disebabkan oleh invasi Rusia ke Ukraina.

Kementerian Perdagangan Thailand menyebutkan, Thailand yang merupakan eksportir singkong terbesar di dunia telah mengirimkan 4,6 juta ton singkong dan produknya, termasuk tapioka, tepung singkong dan pelet, senilai 54,8 miliar baht dalam empat bulan pertama tahun ini. Angka itu naik 28,2% dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Hampir 70% dari ekspor itu dikirimkan ke Tiongkok, sedangkan sejumlah destinasi lainnya adalah Jepang, Indonesia dan Korea Selatan.

Negara-negara berjuang menahan tingkat inflasi yang melonjak di seluruh dunia akibat permintaan pascapandemi, dampak cuaca ekstrem, dan perang Rusia-Ukraina. Beberapa negara telah mengalokasikan miliaran dalam subsidi makanan dan bahan bakar, sedangkan yang lain telah mencari makanan alternatif dan pemasok baru.

Baca Juga :   Anies Dedikasikan JIS untuk Jakmania, Warga Jakarta, dan Indonesia

Pekan lalu, Ukraina yang juga dikenal sebagai keranjang roti Eropa, menyatakan invasi Rusia akan menyebabkan kekurangan gandum global.

“Ada peningkatan permintaan dari pembeli asing selama krisis Ukraina-Rusia. Dunia meningkatkan cadangan biji-bijian untuk konsumsi,” kata pejabat senior perdagangan Phithak Udomwichaiwat seperti dilansir dari Reuters.

Dia juga mengatakan bahwa industri pakan ternak dan energi telah beralih ke impor produk singkong sebagai pengganti, menaikkan permintaan dan harga.

Sepanjang tahun lalu, Thailand memproduksi 32,5 juta ton singkong, yang dibuat menjadi berbagai produk, yang 30%-35% dikonsumsi di dalam negeri. Berdasarkan data pemerintah, Thailand mengekspor produk singkong senilai 123 miliar baht.[]