MenkopUKM: Perguruan Tinggi Harus Mulai Ubah Kurikulum

Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki. (Foto:Narsum.id/KemenKopUKM)
Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki. (Foto:Narsum.id/KemenKopUKM)

Narsum.id | Jakarta – Indonesia setiap tahunnya memiliki 3,5 juta angkatan kerja baru yang lulus dari sekolah sampai ke tingkat perguruan tinggi. Sebanyak 1,7 juta di antara jumlah tersebut merupakan sarjana.

Namun, dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang rata-rata mencatatkan angka 5 persen tiap tahunnya, hanya 2 juta lapangan kerja yang mampu disediakan.

Berkaca dari hal itu, Menteri Koperasi dan UKM (MenkopUKM) Teten Masduki, berpandangan bahwa perguruan tinggi harus mulai mengubah kurikulumnya. Bukan lagi menciptakan sarjana yang ingin menjadi pegawai pemerintah atau swasta, tapi lebih ingin menjadi wirausaha.

MenKopUKM Teten Masduki dalam Webinar Universitas Garut bertajuk “Bagaimana Membangun Ketahanan dan Pertumbuhan UMKM Hingga Mampu Melalui Disrupsi”, di Jakarta secara virtual, Sabtu (03/09/2022).

Baca Juga :   Harga BBM Naik, Pengamat: Pemerintah Tidak Berpihak Pada Masyarakat Kecil

Apalagi, berdasarkan data dari KemenKopUKM, saat ini sebanyak 73 persen anak muda dari seluruh penduduk Indonesia ingin menjadi pebisnis, bukan lagi menjadi pegawai.

Ditambah, survei CSIS (Centre for Strategic and International Studies) juga menyatakan bahwa lebih dari 70 persen anak muda ingin menjadi pebisnis.

“Ini menjadi bahan penting bagi perguruan tinggi untu meredesain terutama fakultas bisnis dan ekonomi guna menyiapkan entrepreneur. Karena itu perguruan tinggi penting untuk menyiapkan para pelaku UMKM kita yang lebih berkelas,” tutur MenKopUKM.

Dalam waktu bersamaan, KemenKopUKM tengah menyiapkan program 1 juta wirausaha mapan baru. Hal ini dilakukan, sebab meskipun jumlah UMKM Indonesia mencapai 64 juta lebih, persentase kewirausahaan Indonesia masih rendah atau hanya 3,18 persen.

Baca Juga :   Pengamat Beberkan Dampak Kenaikan Harga BBM Terhadap Sektor Pariwisata

Sedangkan targetnya, minimal jumlah persentase kewirausahaan dapat mencapai 3,95 persen sampai dengan 4 persen di tahun 2024.

Oleh sebab itu, Menteri Teten merasa perguruan tinggi perlu mengembangkan riset bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan juga memanfaatkan program Matching Fund dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk membuat riset yang hasil dapat dikomersialisasi kepada UMKM.

“Pascapandemi ini kita bukan hanya ingin pulih tapi bertransformasi. Bank Dunia juga sudah mengingatkan kita bahwa Indonesia harus menyiapkan lapangan kerja yang berkualitas,” ucapnya.

Menurut MenKopUKM, Indonesia dapat menjadikan University of Melbourne sebagai best practice terbaik yang telah menghadirkan Business Innovation Lab yang berfokus pada pengembangan UMKM.

Baca Juga :   Pengamat Beberkan Dampak Kenaikan Harga BBM Terhadap Sektor Pariwisata

Mereka juga memberikan desain thinking bagi para mahasiswa untuk mengembangkan usahanya mulai dari studi kelayakan bisnis, product development, hingga international shipping atau ekspor yang didukung oleh alumni sebagai mentor.

Di tempat yang sama, Rektor Universitas Garut Abdusy Syakur Amin menuturkan di tengah beragam tantantangan yang terjadi baik di dalam negeri maupun di luar negeri, UMKM harus melakukan penguatan diri agar dapat bertahan dan berkembang. Melalui webinar ini, dia pun berharap dapat terbentuk gagasan yang dapat diaplikasikan kepada pelaku UMKM.

“Semoga acara ini memberikan pencerahan dan wawasan baru untuk membantu UMKM untuk bertahan dan berkembang ke depannya,” kata Abdusy. []