Muncul Risiko Kebocoran Radioaktif di Pembangkit Nuklir Zaporizhzhia Ukraina

Ilustrasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). (Foto: Narsum.id/Unsplash)

Narsum.id | Jakarta – Ada risiko kebocoran radioaktif di pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia Ukraina, yang merupakan terbesar di Eropa, yang tengah diduduki oleh pasukan Rusia. Hal tersebut diungkapkan oleh operator energi Ukraina pada Sabtu (27/08/2022).

Energoatom mengatakan, pasukan Moskow telah “berulang kali menembaki” lokasi pabrik di Ukraina selatan selama sehari terakhir, sementara kementerian pertahanan Rusia mengklaim pasukan Kyiv bertanggung jawab.

“Akibat penembakan berkala, infrastruktur stasiun telah rusak, ada risiko kebocoran hidrogen dan percikan zat radioaktif, dan bahaya kebakaran tinggi,” kata Energoatom di Telegram.

Badan tersebut mengatakan bahwa pada Sabtu tengah hari waktu setempat, pabrik itu “beroperasi dengan risiko melanggar standar radiasi dan keselamatan kebakaran”.

Baca Juga :   Komisi VII DPR Hingga Kini Belum Bahas Rencana Kenaikan Harga BBM Bersubsidi

Kementerian pertahanan Rusia mengatakan pasukan Ukraina “menembaki wilayah stasiun tiga kali” pada hari terakhir.

“Total 17 peluru ditembakkan,” kata kementerian itu dalam sebuah komunike.

Fasilitas Zaporizhzhia direbut oleh pasukan Rusia pada minggu-minggu pertama invasi bulan Februari dan tetap berada di garis depan sejak saat itu.

Kyiv dan Moskow telah bertukar tuduhan atas penembakan di sekitar kompleks, yang terletak di kota Energodar.

Pada Kamis, pembangkit listrik terputus dari jaringan listrik nasional Ukraina untuk pertama kalinya dalam empat dekade sejarahnya karena “tindakan penjajah”, kata Energoatom.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, pemadaman listrik disebabkan oleh penembakan Rusia terhadap saluran listrik aktif terakhir yang menghubungkan pembangkit ke jaringan.

Baca Juga :   Menaker Ajak Masyarakat Bantu Cegah Penempatan PMI secara Ilegal

Badan Energi Atom Internasional atau The International Atomic Energy Agency (IAEA) segera meminta persetujuan untuk mengirim tim ke pabrik “sesegera mungkin untuk membantu menstabilkan situasi keselamatan dan keamanan nuklir di sana”.[]