Penyebab Vertigo, Gejala, dan Pencegahannya

Vertigo
Ilustrasi Vertigo. (Foto:Narsum.id/Freepik/Katemangostar)

Narsum.id | Jakarta – Vertigo merupakan rasa pusing yang menimbulkan sensasi palsu bahwa seseorang atau lingkungan di sekitarnya berputar atau bergerak. Kondisi ini, dapat terjadi secara tiba-tiba pada seseorang. Meski demikian, vertigo bukanlah sebuah penyakit, melainkan gejala dari gangguan kesehatan yang mendasarinya.

“Pada kasus yang parah, kondisi ini juga dapat menghambat aktivitas sehari-hari. Sebab, kondisi ini dapat menyebabkan disorientasi (kebingungan) dan hilang keseimbangan,” ucap dr. Handri Irawan MMRS dikutip dari Twitter @drhandri Minggu, (21/08/2022).

Bahkan serangan vertigo bisa menyebabkan pengidapnya sampai terjatuh. Kondisi ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

1. Vertigo perifer yang terjadi ketika ada masalah dengan telinga bagian dalam.
2. Vertigo sentral, terjadi ketika ada masalah dengan otak. Penyebabnya bisa termasuk infeksi, tumor otak, cedera otak traumatis atau stroke.

Penyebab Vertigo

Vertigo adalah gejala dari gangguan kesehatan tertentu yang dapat terjadi pada telinga atau otak. Beberapa penyebab umum dari kondisi tersebut adalah sebagai berikut:

Vertigo posisi paroksismal jinak (BPPV)
BPPV adalah penyebab paling umum dari vertigo dan menciptakan perasaan intens dan singkat bahwa pengidapnya berputar atau bergerak. Episode ini dipicu perubahan cepat dalam gerakan kepala, seperti pukulan ke kepala.

Infeksi
Infeksi virus pada saraf vestibular, yang disebut neuritis vestibular atau labirin, dapat menyebabkan vertigo yang intens dan konstan.

Penyakit Meniere
Cairan berlebihan menumpuk di bagian dalam telinga dapat memicu episode vertigo mendadak. Episode tersebut dapat berlangsung selama beberapa jam.

Baca Juga :   Mengenal Nistagmus, Gangguan Penglihatan dengan Gerakan Bola Mata Tidak Terkendali

Migrain
Vertigo akibat migrain dapat berlangsung beberapa menit hingga berjam-jam.

Cedera kepala atau leher
Vertigo merupakan salah satu gejala umum akibat cedera traumatis pada kepala atau leher. Terutama jika cedera menyebabkan kerusakan pada sistem vestibular.

Penggunaan obat-obatan
Obat-obatan tertentu dapat menyebabkan vertigo, bersamaan dengan munculnya gejala lain. Seperti pusing, gangguan pendengaran, tinnitus, atau telinga berdengung.

Ada beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami kondisi vertigo, yaitu:

1. Berusia lebih dari 50 tahun
2. Wanita
3. Pernah atau sedang memiliki luka di kepala
4. Sering menggunakan obat-obatan tertentu seperti antidepresan
5. Ada anggota keluarga yang memiliki riwayat vertigo
6. Mengalami infeksi pada telinga.
7. Sedang stres berat.
8. Sering mengonsumsi alkohol.

Gejala Vertigo

Salah satu gejala kondisi vertigo yang paling umum adalah pusing, yang biasanya memburuk dengan gerakan kepala. Gejala ini biasanya digambarkan oleh pengidapnya sebagai sensasi berputar, dengan ruangan atau benda di sekitar mereka tampak bergerak.

Selain itu, ada beberapa gejala vertigo lain yang juga dapat terjadi seperti Peningkatan keringat, Mual, Muntah, Sakit kepala, Telinga terasa berdengung, Timbulnya gangguan pendengaran, Gerakan mata yang tidak disengaja, dan Kehilangan keseimbangan.

“Serangan awal kondisi vertigo biasanya berlangsung selama beberapa jam saja. Namun, jika tidak segera ditangani, vertigo akan selalu kambuh yang dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke,” tegas dr. Handri.

Dokter dapat mendiagnosis kondisi ini dengan melakukan pemeriksaan klinis dan mengumpulkan informasi tentang gejala dan riwayat medis. Setelah itu, dokter bakal melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh. Termasuk pada telinga dan saraf pasien.

Baca Juga :   Mengenal Nistagmus, Gangguan Penglihatan dengan Gerakan Bola Mata Tidak Terkendali

“Jika dibutuhkan, tes dan pengamatan klinis tertentu juga dapat dilakukan untuk mendiagnosis vertigo. Contohnya seperti pengujian impuls kepala atau manuver Dix-Hallpike,” beber dr. Handri.

Tes penunjang lainnya seperti tes pencitraan, pemeriksaan pendengaran, dan tes keseimbangan juga mungkin akan dilakukan. Dalam beberapa kasus, vertigo bisa sembuh tanpa pengobatan.

“Sebab, otak berhasil beradaptasi dengan perubahan pada telinga bagian dalam. Namun, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kondisi ini bukanlah sebuah penyakit, melainkan gejala dari suatu masalah kesehatan,” tegas dr. Handri.

Penanganan Vertigo

Jika dibutuhkan penanganan, maka akan berfokus pada penyebab yang mendasarinya. Beberapa perawatan kondisi vertigo yang umum dilakukan adalah sebagai berikut:

Penggunaan obat
Penggunaan obat untuk vertigo dapat membantu meringankan gejalanya. Contohnya, bila vertigo adalah produk sampingan dari infeksi, maka dokter dapat meresepkan antibiotik, atau steroid untuk membantu mengurangi peradangan.

Rehabilitasi vestibular
Jenis terapi fisik ini bisa mengurangi gejala bila vertigo diakibatkan masalah bagian dalam telinga. Rehabilitasi vestibular, mampu memperkuat indra yang lain sehingga dapat mengimbangi episode vertigo.

Baca Juga :   Mengenal Nistagmus, Gangguan Penglihatan dengan Gerakan Bola Mata Tidak Terkendali

Canalith repositioning procedure (CRP)
Manuver reposisi canalith bisa dilakukan, bila seseorang memiliki BPPV. Tujuannya untuk membantu memindahkan endapan kalsium ke ruang telinga bagian dalam.

Pembedahan
Pembedahan mungkin diperlukan saat vertigo disebabkan oleh masalah serius, seperti tumor otak atau cedera leher.

Komplikasi Vertigo

Vertigo yang tidak segera ditangani dapat mengakibatkan komplikasi yang serius dan kerusakan permanen seperti kesulitan melakukan tugas sehari-hari atau masalah saraf yang menyebabkan nyeri, mati rasa atau kesemutan.

Bisa juga mengakibatkan Cedera traumatis karena jatuh, kegelisahan, kerusakan otak, depresi, menurunnya kualitas hidup secara keseluruhan, terganggunya keseimbangan dan koordinasi tubuh, kelumpuhan, gangguan pendengaran permanen, penyebaran infeksi, atau tidak sadar dan koma.

Pencegahan Vertigo

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah gejala-gejala vertigo muncul, yakni:

1. Menghindari gerakan secara tiba-tiba agar tidak terjatuh.
2. Segera duduk jika vertigo menyerang.
3. Gunakan beberapa bantal agar posisi kepala saat tidur menjadi lebih tinggi.
4. Gerakkan kepala secara perlahan-lahan.
5. Hindari gerakan kepala mendongak, berjongkok, atau tubuh membungkuk.
6. Bagi pengidap penyakit Meniere, batasi konsumsi garam dalam menu

“Segeralah memeriksakan diri Anda ke dokter jika mengalami gejala utama dari vertigo. Penanganan sedari dini dapat meminimalkan risiko komplikasi yang mengintai,” tandas dr. Handri. []