Presiden Filipina Marcos Jr. Tolak Proposal Impor Tambahan 300.000 Ton Gula

Ilustrasi gula. (Foto: Narsum.id/Pixabay/pasja1000)

Narsum.id | Jakarta – Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. telah menolak proposal untuk mengimpor tambahan 300.000 ton gula, kata sekretaris persnya pada Rabu (10/08/2022), meskipun ada pengumuman persetujuan sebelumnya oleh regulator industri.

“(Marcos) adalah ketua Dewan Pengatur Gula dan membantah hal ini dengan tegas,” ujar sekretaris persnya, Trixie Cruz-Angeles dalam sebuah pernyataan, setelah regulator mengeluarkan pemberitahuan persetujuan rencana pembelian.

Sebelumnya, regulator industri mengatakan Presiden Marcos telah menyetujui impor hingga 300.000 ton gula untuk meningkatkan pasokan domestik yang ketat, karena negara itu mencoba untuk menjinakkan inflasi yang melonjak.

Filipina berusaha mengimpor gula mentah dan gula rafinasi, menurut pemberitahuan oleh Sugar Regulatory Administration (SRA), yang diketuai sendiri oleh Marcos sebagai sekretaris pertanian. Kargo harus tiba selambat-lambatnya 30 November, kata SRA.

Baca Juga :   Investor Pasar Modal Terus Meningkat, Menkeu: Kepercayaan Sekaligus Tantangan

Produksi gula mentah pada tahun panen yang berakhir 31 Agustus diperkirakan sebesar 1,8 juta ton, 16% lebih rendah dari produksi musim sebelumnya, yang mengakibatkan penurunan persediaan yang substansial, katanya seperti dikutip dari Reuters.

Harga gula eceran telah naik karena terbatasnya pasokan lokal, menambah tekanan pada inflasi yang melonjak ke level tertinggi hampir empat tahun di bulan Juli, mengurangi belanja konsumen di kuartal kedua.

Pada bulan Juni, SRA mengatakan bahwa situasi pasokan telah memburuk, dengan alasan kerusakan tanaman akibat topan pada Desember, cuaca yang tidak menguntungkan dan masalah hukum yang telah menghambat impor gula yang disetujui sebelumnya.

Filipina bukan importir gula biasa, tetapi bila perlu, biasanya membeli dari Thailand, eksportir terbesar kedua di dunia, setelah Brasil.

Baca Juga :   Jadwal dan Lokasi Layanan SIM Keliling di Jakarta Kamis 11 Agustus 2022

Marcos telah berjanji mengubah sektor pertanian yang telah lama diabaikan menjadi mesin pertumbuhan. Namun, dia menghadapi tantangan besar seperti penurunan produktivitas lokal dan kenaikan biaya input pertanian, termasuk pupuk, yang pasokannya telah terganggu oleh perang Rusia-Ukraina.[]