New York Minta WHO Menamai Ulang Cacar Monyet yang Menstigmatisasi

Ilustrasi cacar monyet. (Foto: Narsum.id/Pixabay/Alexandra_Koch)

Narsum.id | Jakarta – Kota New York meminta Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) pada hari Selasa untuk mengganti nama virus cacar monyet, guna menghindari stigmatisasi pasien yang kemudian mungkin menunda mencari perawatan.

New York telah melihat lebih banyak kasus penyakit ini, yang dinyatakan WHO sebagai darurat kesehatan global selama akhir pekan, daripada kota lain di Amerika Serikat (AS), dengan 1.092 infeksi terdeteksi sejauh ini.

“Kami memiliki kekhawatiran yang berkembang atas dampak yang berpotensi merusak dan menstigmatisasi yang dapat ditimbulkan oleh pesan seputar virus ‘cacar monyet’ pada komunitas yang sudah rentan,” kata komisaris kesehatan masyarakat Kota New York Ashwin Vasan dalam sebuah surat kepada kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, seperti dikutip AFP.

WHO sempat melontarkan ide untuk mengganti nama virus, yang terkait dengan virus cacar yang telah diberantas, selama konferensi pers bulan lalu, berdasarkan proposal yang disebutkan Vasan dalam suratnya.

Baca Juga :   Biden Dorong Kongres Setujui Subsidi Semikonduktor USD 52 Miliar

Vasan merujuk pada sejarah menyakitkan dan rasis di mana terminologi seperti (cacar monyet) berakar pada komunitas kulit berwarna.

Dia menunjukkan fakta bahwa cacar monyet tidak benar-benar berasal dari primata, seperti namanya, dan mengingat efek negatif dari informasi yang salah selama hari-hari awal epidemi HIV dan rasisme yang dihadapi oleh komunitas Asia yang diperburuk oleh mantan presiden Donald Trump menyebut Covid-19 sebagai virus China.

“Terus menggunakan istilah ‘cacar monyet’ untuk menggambarkan wabah saat ini dapat menyalakan kembali perasaan traumatis dari rasisme dan stigma, terutama untuk orang kulit hitam dan orang kulit berwarna lainnya, serta anggota komunitas LGBTQIA+, dan ada kemungkinan mereka menghindari terlibat dalam layanan perawatan kesehatan vital karena itu,” kata Vasan.

Baca Juga :   Rusia Akan Keluar dari International Space Station Setelah 2024

Siapapun rentan tertular cacar monyet, yang telah lama mewabah di Afrika Tengah dan Barat, namun sejauh ini penyebarannya di Eropa dan AS sebagian besar terkonsentrasi di kalangan pria yang berhubungan seks dengan pria lain.

Gejala pertama dapat berupa demam dan kelelahan, diikuti beberapa hari kemudian dengan ruam yang dapat berubah menjadi lesi kulit berisi cairan yang menyakitkan, yang dapat berlangsung selama beberapa minggu sebelum berubah menjadi koreng yang kemudian rontok.[]