Narsum.id | Jakarta – Tiongkok sedang bersiap untuk memukul raksasa ride-hailing Didi dengan denda lebih dari USD 1 miliar untuk menyelesaikan penyelidikan yang sudah berjalan lama, menurut laporan media. Hal ini meningkatkan harapan investor bahwa tindakan keras teknologi negara itu mereda.
Didi, yang pernah dikenal sebagai jawaban Tiongkok untuk Uber, telah menjadi salah satu target profil tertinggi dari tindakan keras yang meluas di sektor ini, yang melihat pertumbuhan yang tak terkendali selama bertahun-tahun dan monopoli yang sangat besar sebelum regulator turun tangan.
Denda, yang dikenakan atas praktik keamanan siber Didi, akan berjumlah lebih dari empat persen dari total pendapatannya sebesar USD 27,3 miliar tahun lalu dan membuka jalan bagi pencatatan saham barunya di Hong Kong, menurut laporan The Wall Street Journal (WSJ).
Mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya yang mengetahui masalah tersebut, WSJ mengatakan bahwa begitu denda diumumkan, pemerintah akan melonggarkan pembatasan pada operasi Didi.
Perusahaan dilarang menambahkan pengguna baru dan aplikasinya dihapus dari toko online di Tiongkok oleh regulator.
Laporan WSJ memicu reli saham teknologi Tiongkok di Hong Kong pada Rabu, dengan investor berharap bahwa badai regulasi dua tahun yang melanda sektor ini hampir berakhir. Raksasa e-commerce Alibaba melonjak 4%, sementara titan game Tencent naik 2,5% pada awal perdagangan.
Tindakan keras peraturan Tiongkok telah mereda tahun ini lantaran bergulat dengan dampak ekonomi dari strategi nol-Covid, dengan negara itu berjuang mencapai target pertumbuhan 5,5%.
Namun, masih ada lingkungan peraturan yang ketat untuk perusahaan teknologi, dengan Presiden Xi Jinping bulan lalu menyerukan pengawasan yang lebih kuat dan keamanan yang lebih baik di arena teknologi keuangan.[]
Leave a Reply