SAS dan Serikat Pilot Capai Kesepakatan, Akhiri Aksi Mogok

Ilustrasi pilot. (Foto: Narsum.id/Pixabay/StockSnap)

Narsum.id | Jakarta – Maskapai Skandinavia, SAS, dan serikat pekerja yang mewakili pilot mereka, telah mencapai kesepakatan sehingga aksi mogok para pilot yang telah berlangsung selama dua minggu pun berakhir.

Aksi mogok itu telah merugikan maskapai antara USD 9 juta hingga USD 12 juta per hari. Padahal, maskapai sudah mengalami kesulitan finansial sebelumnya.

Kesepakatan itu dikonfirmasi oleh pihak perusahaan dan serikat pekerja, setelah menjalani sesi negosiasi yang berlangsung sejak Senin hingga Selasa dini hari.

“Saya senang melaporkan bahwa kami sekarang telah mencapai kesepakatan dengan keempat serikat percontohan untuk SAS Skandinavia dan pemogokan telah berakhir,” kata kepala eksekutif Anko van der Werff dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari AFP.

Baca Juga :   Naikkan Suku Bunga, ECB Sediakan Bantuan Bagi Negara Debitur Besar

“Akhirnya, kami dapat melanjutkan operasi normal dan menerbangkan pelanggan kami pada liburan musim panas yang sangat mereka rindukan. Saya sangat menyesal bahwa begitu banyak penumpang kami terkena dampak pemogokan ini,” lanjutnya.

Para pilot SAS telah mogok sejak 4 Juli, ketika hampir 1.000 dari mereka keluar dari pekerjaan setelah pembicaraan gagal.

Mereka memprotes pemotongan gaji yang diminta oleh manajemen sebagai bagian dari rencana restrukturisasi yang bertujuan memastikan kelangsungan hidup perusahaan, dan keputusan perusahaan untuk tidak mempekerjakan kembali pilot yang diberhentikan selama pandemi.

Di bawah kesepakatan baru, 450 pilot akan dipekerjakan kembali.

SAS, yang mempekerjakan hampir 7.000 orang, terutama di Denmark, Norwegia, dan Swedia, juga berusaha mengumpulkan sekitar 9,5 miliar kronor dalam modal baru.

Baca Juga :   Krisis Pangan, Pelabuhan Laut Hitam Ukraina Bakal Segera Dibuka Kembali

“Kami sekarang melanjutkan pekerjaan penting untuk memajukan rencana transformasi kami SAS FORWARD dan membangun SAS yang kuat dan kompetitif untuk generasi mendatang,” kata van der Werff.

Musim panas secara keseluruhan menjadi sulit bagi maskapai dan bandara Eropa, yang dihadapkan dengan kekurangan staf yang memengaruhi lalu lintas udara.

Setelah kehilangan pekerjaan yang meluas terkait pandemi, maskapai dan bandara berjuang untuk merekrut staf baru di banyak negara.[]