Narsum.id | Jakarta – Shenzhen saat ini sedang menghadapi tingginya angka pengangguran. Padahal, Shenzhen dikenal sebagai pusat global dalam teknologi, penelitian, manufaktur, bisnis dan ekonomi, keuangan, pariwisata dan transportasi. Bahkan, pelabuhan Shenzhen adalah pelabuhan peti kemas tersibuk keempat di dunia.
“Sebagian besar dari mereka memiliki hipotek untuk dilunasi dan sedang terburu-buru untuk mencari pekerjaan berikutnya. Seorang insinyur perangkat lunak dengan pengalaman tiga sampai lima tahun sekarang meminta sekitar 10.000 yuan hingga 15.000 yuan per bulan. Ini lebih rendah dari [tahun lalu],” kata Zeng Zhao, yang menjalankan perusahaan teknologi Shenzhen.
Meskipun ada tanda-tanda perbaikan, ekonomi Tiongkok masih merasakan sejumput tindakan ketat pengendalian virus corona, yang telah mengganggu pertumbuhan ekonomi, termasuk di Shenzhen, yang akan segera merilis data produk domestik bruto (PDB) untuk semester pertama tahun ini.
Data biro statistik kota yang dikutip dari South China Morning Post menunjukkan, nilai total volume impor dan ekspor Shenzhen adalah sekitar 1,31 triliun yuan dalam lima bulan pertama tahun ini. Dengan ekspor naik 4,5% menjadi sekitar 740 miliar yuan, dan impor turun 7,2% menjadi sekitar 569 miliar yuan.
Seperti diketahui, pada Januari dan Maret, kota itu dikunci karena wabah Covid-19, sehingga pabrik-pabrik besar, pelabuhan dan restoran harus berhenti beroperasi.
Kemudian pada akhir Juni, Shenzhen menutup pasar grosir, bioskop dan gym selama tiga hari, setelah selusin infeksi lokal dikonfirmasi di distrik pusat kota, dekat perbatasan dengan Hong Kong.[]
Leave a Reply