ASITA NTT: Jaga Ekosistem TN Komodo Bisa dengan Pembatasan Kunjungan, Jangan Naikkan Harga Mendadak

Abed Frans
Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Nusa Tenggara Timur (NTT) Abed Frans. (Foto: Narsum.id/FB Abed Frans)

“Untuk menjaga ekosistem tersebut ya dengan pembatasan kunjungan saja. Atau sekalian ditutup dengan jangka waktu tertentu mungkin. Jangan dibarengi dengan kenaikan harga yang cukup signifikan dan mendadak seperti ini.”

Narsum.id | Jakarta – Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Nusa Tenggara Timur (NTT) Abed Frans menilai, pembatasan kunjungan atau penutupan dalam jangka waktu tertentu bisa dilakukan untuk menjaga ekosistem. Hal ini disampaikan Abed, terkait kenaikan harga tiket masuk ke Taman Nasional (TN) Komodo menjadi Rp3.750.000.

Berlaku selama satu tahun mulai 1 Agustus 2022, menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf/Kabaparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno, kenaikan tarif untuk membiayai konservasi nilai jasa ekosistem lingkungan.

Baca Juga :   AS Bakal Mengirim Lebih Banyak Sistem Roket ke Ukraina

“Memang agak susah ya bila kita hadapkan antara recovery pariwisata dengan konservasi. Mungkin jalan lain untuk menjaga ekosistem tersebut ya dengan pembatasan kunjungan saja. Atau sekalian ditutup dengan jangka waktu tertentu mungkin. Jangan dibarengi dengan kenaikan harga yang cukup signifikan dan mendadak seperti ini. Karena khususnya wisatawan domestik karakternya adalah harga paket perjalanan,” tutur Abed saat dihubungi Jumat, (15/07/2022)

Komodo
Pulau Komodo. (Foto: National Geographic)

Abed menegaskan, lonjakan harga bukan hanya akan mempengaruhi wisatawan kelas menengah dan kelas bawah saja, tetapi juga seluruh segmen. Tetapi kini, pemerintah sudah mulai melakukan dialog dengan stakeholder terkait kebijakan tersebut.

“Untuk saat ini saya melihat mulai ada beberapa pertemuan antara industri dan pemerintah. Saya harapkan ada masukan-masukan dari industri yang diterima oleh pemerintah,” tegas Abed.

Baca Juga :   Cryptocurrency Exchange Zipmex Hentikan Penarikan

Sementara Sandiaga uno menjelaskan, biaya tersebut merupakan total keseluruhan dari biaya konservasi nilai jasa ekosistem selama satu tahun yang diperoleh melalui kajian dari para ahli. Nilai jasa ekosistem sendiri, adalah sumber daya alam yang menunjang keberlangsungan kehidupan makhluk hidup, seperti air, oksigen, sumber makanan, dan mencakup pengelolaan limbah yang dihasilkan oleh wisatawan.

Selain itu, biaya ini juga sudah termasuk dengan tiket masuk kawasan TN Komodo dan pemberian souvenir buatan masyarakat sekitar Pulau Komodo bagi wisatawan yang datang berkunjung.

“Ini merupakan suatu keinginan bagi tugas dan tanggung jawab kita masing-masing untuk menjaga kelestarian dari apa yang dititipkan kepada kita untuk nanti jutaan dan puluhan juta tahun ke depan karena Tuhan Yang Maha Kuasa telah memberikan karunia kekayaan alam yang perlu kita jaga bersama,” sebut Sandiaga Uno dalam Weekly Press Briefing di Gedung Sapta Pesona, Jakarta Pusat, senin (11/07/2022).

Baca Juga :   PM Italia Draghi Resmi Serahkan Pengunduran Diri ke Mattarella

Menurut Menparekraf, kebijakan ini bisa menarik lebih banyak wisatawan yang menghargai upaya konservasi dan ikut membangun destinasi-destinasi lain di Nusa Tenggara Timur sebagai destinasi wisata unggulan. Lalu melalui biaya konservasi ini, diharapkan dapat menunjang upaya pemerintah untuk menjaga kelestarian alam serta bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ada di kawasan Taman Nasional Komodo.

“Jadi menurut saya kita akan fokus kepada pengembangan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan dan tentunya akan memberikan manfaat bukan hanya dari sisi ekonominya saja, tapi juga dari sisi pelestarian lingkungan dan segala aspek,” tandasnya.[]