Gangguan Jiwa: Ciri-ciri, Penyebab, dan Gejalanya

Ilustrasi ODGJ. (Foto: Istimewa)

“Seseorang disebut menderita sakit jiwa bila gejala dan tanda gangguan jiwa yang dialami membuatnya tertekan dan tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara normal.”

Narsum. id | Jakarta – Bila dibiarkan tanpa penanganan, gangguan kesehatan mental dapat berkembang menjadi sebuah kondisi yang disebut sakit jiwa. Kondisi ini bisa terjadi pada seseorang yang antara lain tertekan tekanan dan mengalami berbagai persoalan hidup yang dialaminya.

“Sakit jiwa adalah gangguan mental yang berdampak pada suasana hati, pola pikir, hingga tingkah laku secara umum. Seseorang disebut menderita sakit jiwa bila gejala dan tanda gangguan jiwa yang dialami membuatnya tertekan dan tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara normal,” ungkap dr. Handri Irawan, MMRS di akun Twitter pribadinya @drhandri dikutip Selasa, (12/07/2022).

Baca Juga :   TNSC: Ekspor Thailand Tak Akan Terdampak Aturan Baru Bank Sentral Myanmar

Ciri-Ciri Orang yang Mengalami Sakit Jiwa

Orang yang mengalami sakit jiwa, bisa berbeda-beda tergantung dari jenisnya. Menurut dr. Handri, pada umumnya orang yang mengalami gangguan jiwa dapat dikenali dari beberapa gejala sebagai berikut:

1. Mengalami perubahan mood yang sangat drastis, misalnya dari sangat sedih menjadi sangat gembira atau sebaliknya dalam waktu singkat, Memiliki rasa takut yang berlebihan.

2. Menarik diri dari kehidupan sosial, Merasa emosional, amarahnya tidak terkendali, dan suka melakukan kekerasan, dan Mengalami delusi.

3. Terkadang, beberapa gejala tersebut juga disertai oleh gangguan fisik, seperti sakit kepala, nyeri punggung, sakit perut, atau nyeri lain yang tidak diketahui sebabnya.

ODGJ
Ilustrasi ODGJ. (Foto: Narsum.id/Ist)
Baca Juga :   Jepang Cantumkan Tiongkok, Rusia dan Korut sebagai Masalah Keamanan Utama

Berbagai Penyebab Sakit Jiwa

Sakit jiwa, sering kali tidak diketahui penyebabnya, dr. Handri mengungkapkan, kondisi ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor genetik, faktor lingkungan sekitar, atau perpaduan dari berbagai faktor. Beberapa faktor tersebut di antaranya adalah:

  • Perubahan reaksi senyawa kimia alami pada otak yang bernama Perubahan ini bisa berdampak pada mood dan berbagai aspek kesehatan mental.
  • Riwayat sakit jiwa dalam keluarga.
  • Gen-gen tertentu dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami sakit jiwa.
  • Kemunculannya dapat dipicu oleh persoalan hidup yang dialami penderita sakit jiwa.
  • Paparan virus, racun, minuman keras, dan obat-obatan saat berada dalam kandungan juga dapat dihubungkan dengan penyebab sakit jiwa.
  • Pengalaman traumatis, seperti pernah mengalami pemerkosaan atau menjadi korban bencana alam.
  • Penggunaan obat-obatan terlarang.
  • Hidup yang penuh tekanan, seperti kesulitan keuangan, perceraian, kesedihan akibat adanya anggota keluarga yang meninggal.
  • Penyakit kronis, seperti kanker.
  • Kerusakan otak, misalnya cedera akibat kecelakaan.
  • Selalu merasa sendiri.
  • Pernah mengalami sakit jiwa sebelumnya.
Baca Juga :   BNN Ungkap Pabrik Sabu di Perumahan Elite Sukajadi Batam

Jenis-Jenis Sakit Jiwa

Banyak kondisi kesehatan yang dapat dikategorikan sebagai sakit jiwa. Setiap kelompok dapat terbagi lagi menjadi beberapa jenis yang lebih spesifik sebagai berikut:

1. Gangguan kecemasan
Seseorang yang mengalami gangguan kecemasan, merespons objek atau situasi tertentu dengan perasaan takut dan panik hingga jantungnya berdetak lebih cepat. Kondisi ini, dapat dikatakan sebagai gangguan jika gejala-gejala tersebut tidak dapat mereka kendalikan dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Gangguan kecemasan, juga dapat berupa fobia terhadap situasi tertentu, gangguan kecemasan sosial, atau gangguan panik.

2. Gangguan kepribadian
Mereka yang mengalami gangguan kepribadian umumnya memiliki karakter ekstrem dan kaku yang tidak sesuai dengan kebiasaan bermasyarakat, seperti anti-sosial atau paranoid.

3. Gangguan afektif atau mood
Orang yang mengalami gangguan mood dapat terus-menerus merasa sedih, terlalu gembira selama periode tertentu, atau perasaan sangat senang dan sangat sedih yang berubah dalam waktu singkat dan terjadi secara berulang.

4. Gangguan ketidakmampuan mengontrol keinginan
Orang dengan gangguan ini, tidak dapat menolak dorongan dari dalam dirinya untuk melakukan hal-hal yang sebenarnya membahayakan diri sendiri atau orang lain. Gangguan jiwa yang termasuk dalam kelompok ini adalah:
a. Kleptomania atau dorongan untuk mencuri barang-barang kecil
b. Pyromania atau dorongan kuat untuk menyulut api, serta kecanduan minuman keras dan obat-obatan terlarang.

dr. Handri Irawan, MMRS
dr. Handri Irawan, MMRS. (Foto: Narsum.id/Twitter @drhandri)

5. Gangguan psikotik
Gangguan ini mengacaukan pikiran dan kesadaran manusia. Gejala paling umum dari kondisi ini ada dua bentuk yakni halusinasi dan delusi. Orang yang mengalami halusinasi merasa dirinya melihat atau mendengar suara yang sebenarnya tidak nyata.

“Sementara delusi, adalah hal tidak benar yang dipercaya oleh penderitanya sebagai sesuatu yang benar. Misalnya, delusi kejar, yaitu kondisi ketika penderita merasa diikuti seseorang,” ungkap dr. Handri.

6. Gangguan pola makan
Penderitanya mengalami perubahan perilaku, kebiasaan, dan emosi yang berkaitan dengan berat badan dan makanan. Contoh paling umum dari gangguan ini adalah anoreksia nervosa, yang ditandai dengan kondisi tidak mau makan dan memiliki ketakutan abnormal terhadap kenaikan berat badan. Contoh lain adalah bulimia nervosa, kondisi ini ditandai dengan perilaku makan berlebihan, kemudian memuntahkannya secara sengaja.

“Selain itu, ada juga kondisi binge eating disorder atau kondisi saat seseorang makan terus-menerus dalam jumlah banyak dan merasa tidak bisa berhenti, tetapi tidak disertai memuntahkan makanan kembali,” cuit dr. Handri.

7. Gangguan obsesif-kompulsif (obsessive-compulsive disorder/OCD)
Seorang penderita OCD memiliki pola pikir yang terus-menerus dipenuhi oleh ketakutan atau pikiran mengganggu yang disebut dengan obsesif. Kondisi ini membuat mereka melakukan suatu ‘ritual’ secara berulang-ulang yang disebut kompulsif. Contohnya adalah orang yang terus-menerus mencuci tangan karena adanya rasa takut secara berlebihan terhadap kuman.

Baca Juga :   Cryptocurrency Exchange Zipmex Hentikan Penarikan

8. Gangguan pasca trauma (post-traumatic stress disorder/PTSD)
Gangguan ini merupakan gangguan mental yang terjadi setelah seseorang mengalami kejadian traumatis, seperti kematian anggota keluarga secara tiba-tiba, pelecehan seksual, atau bencana alam.

9. Sindrom respons stres atau gangguan penyesuaian
Gangguan penyesuaian terjadi ketika seseorang menjadi emosional dan mengalami perubahan perilaku setelah berada pada kondisi di bawah tekanan atau krisis, seperti perceraian, bencana alam, atau kehilangan pekerjaan.

10. Gangguan disosiatif
Gangguan disosiatif adalah kondisi ketika penderitanya mengalami gangguan parah pada identitas, ingatan, dan kesadaran akan diri sendiri dan lingkungan tempat ia berada. Gangguan ini juga kerap dikenal dengan sebutan kepribadian ganda.

Baca Juga :   Peritel 7-Eleven PHK Ratusan Karyawan di AS Akibat Tekanan Inflasi

11. Gangguan seksual dan gender
Gangguan seksual dan gender adalah jenis gangguan yang diketahui bisa berdampak pada gairah dan perilaku seksual seseorang, seperti parafilia dan gangguan identitas gender.

12. Gangguan somatoform
Gangguan somatoform adalah jenis gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan penderita merasa mengalami nyeri atau sakit pada anggota tubuhnya. Pada beberapa kasus, orang tersebut sebenarnya tidak ada tanda gangguan medis apa pun pada tubuhnya.

“Selain beberapa kondisi di atas, beberapa kondisi lain, seperti demensia Alzheimer dan gangguan tidur, juga dikelompokkan sebagai sakit jiwa karena melibatkan gangguan di otak,” tandas dr. Handri.

Penanganan untuk Sakit Jiwa

Berbagai penyakit di atas umumnya tidak dapat membaik dengan sendirinya atau bahkan dapat memburuk jika tidak segera ditangani. Oleh sebab itu, perlu adanya penanganan langsung dari dokter yang disesuaikan dengan tingkat keparahan, jenis, dan penyebab.

Baca Juga :   Krisis Pangan, Pelabuhan Laut Hitam Ukraina Bakal Segera Dibuka Kembali

Dokter akan memberikan obat-obatan yang meliputi obat-obatan antipsikotik, antidepresi, dan anticemas. Selain pemberian obat-obatan, biasanya penderita sakit jiwa akan mendapatkan salah satu atau beberapa terapi, seperti psikoterapi, stimulasi otak untuk menangani gangguan mental dan depresi, atau perawatan di rumah sakit jiwa.

“Di samping perawatan secara medis, dukungan keluarga dan kondisi lingkungan yang nyaman juga menjadi faktor penentu kesembuhan penderita sakit jiwa agar dapat kembali beraktivitas normal,” pungkas dr. Handri.

Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika Anda atau keluarga Anda memiliki tanda-tanda gangguan kesehatan mental yang berisiko berkembang menjadi kondisi sakit jiwa. Dengan begitu, dokter dapat melakukan pemeriksaan dan memberikan penanganan yang sesuai. Semoga bermanfaat. []

Baca Juga :   Naikkan Suku Bunga, ECB Sediakan Bantuan Bagi Negara Debitur Besar