Kudeta Dorong Kirin Akhiri Usaha Patungan Myanmar Brewery

Ilustrasi bir. (Foto: Narsum.id/Pixabay/SocialButterflyMMG)

Jakarta | Raksasa minuman Jepang Kirin menyatakan telah menyetujui pembelian sahamnya di perusahaan patungan Myanmar dengan konglomerat terkait junta, mengakhiri keluarnya dari pasar selama kudeta 2021.

Beberapa hari setelah kudeta pada Februari 2021, Kirin mengumumkan akan mengakhiri usaha patungannya Myanmar Brewery dengan MEHPCL yang terkait dengan junta, dengan mengatakan sangat prihatin dengan tindakan militer baru-baru ini di Myanmar.

Namun Kirin berjuang untuk melepaskan diri dari konglomerat rahasia dan menentang tawaran MEHPCL untuk membubarkan usaha patungan, lantaran khawatir proses likuidasi tidak akan adil.

Kirin mengatakan bahwa kesepakatan pembelian kembali saham senilai sekitar USD 164 juta telah dicapai untuk mentransfer 51 persen sahamnya kembali ke anak perusahaan, mengakhiri usaha patungan.

Baca Juga :   Cryptocurrency Exchange Zipmex Hentikan Penarikan

“Kami lega untuk menyelesaikan masalah ini dalam tenggat waktu yang diumumkan dengan cara yang paling tepat di antara beberapa opsi,” kata presiden dan CEO Kirin Yoshinori Isozaki dalam sebuah pernyataan seperti dikutip dari AFP.

Menurut angka yang diterbitkan oleh Kirin pada 2018, Myanmar Brewery, yang minumannya termasuk merek Bir Myanmar, memiliki pangsa pasar hampir 80%.

Namun, Kirin telah berada di bawah tekanan atas hubungannya dengan militer, bahkan sebelum kudeta, dan meluncurkan penyelidikan setelah kelompok hak asasi menyerukan transparansi apakah uang dari usaha patungannya telah mendanai pelanggaran hak.

Investor masuk ke Myanmar setelah militer melonggarkan cengkeramannya pada 2011, membuka jalan bagi reformasi demokrasi dan liberalisasi ekonomi. Mereka menggelontorkan uang ke sejumlah proyek telekomunikasi, infrastruktur, manufaktur dan konstruksi, sebelum kudeta merusak demokrasi dan ekonomi.

Baca Juga :   Ingin Lihat Komodo? Presiden Sarankan ke Pulau Rinca, Harganya Sama

Namun, sejumlah perusahaan asing telah keluar dari pasar sejak militer merebut kekuasaan dari pemerintahan Aung San Suu Kyi, termasuk raksasa minyak TotalEnergies dan Chevron serta operator telekomunikasi Norwegia Telenor.

Bisnis Kirin di Myanmar menghasilkan pendapatan sekitar USD 240 juta pada 2019-2020, kurang dari 2% dari penjualan tahunan perusahaan.[]