IATA: Industri Penerbangan Makin Pulih Meski Ada Ketidakpastian

Ilustrasi kabin pesawat, (Foto: Narsum.id/Pixabay/StockSnap)

Jakarta | Penumpang udara diprediksi mencapai 83% dari tingkat pra-pandemi tahun ini dan pengembalian keuntungan industri penerbangan “dalam jangkauan” pada 2023, meskipun masih diliputi ketidakpastian.

Asosiasi Transportasi Udara Internasional atau the International Air Transport Association (IATA) memperkirakan, kerugian industri penerbangan turun menjadi USD 9,7 miliar pada tahun ini.

Jika terwujud, hal itu bisa menjadi sebuah peningkatan besar dari tahun 2020 yang kerugiannya mencapai USD 137,7 miliar dan tahun 2021 yang sebesar USD 42,1 miliar.

“Orang-orang terbang dalam jumlah yang semakin besar. Dan kargo berkinerja baik dengan latar belakang ketidakpastian ekonomi yang meningkat,” ungkap direktur jenderal IATA Willie Walsh dalam dokumen prospek industri seperti dikutip AFP.

Baca Juga :   Bangkok Airways Luncurkan REIT Airport Pertama

Sebelumnya, industri penerbangan terguncang oleh pandemi, dengan jumlah penumpang turun 60% pada 2020 dan tersisa 50% pada 2021. Maskapai kehilangan hampir USD 200 miliar selama dua tahun.

IATA mengatakan profitabilitas di seluruh industri “tampak dalam jangkauan” pada tahun 2023. Dan menurutnya, maskapai penerbangan Amerika Utara berpotensi meraih laba USD 8,8 miliar tahun ini.

Lebih dari 1.200 pesawat diharapkan akan dikirim pada 2022, sementara volume kargo akan mencapai rekor 68,4 juta ton, meskipun ada tantangan ekonomi.

“Permintaan terpendam yang kuat, pencabutan pembatasan perjalanan di sebagian besar pasar, pengangguran yang rendah di sebagian besar negara, dan tabungan pribadi yang diperluas memicu kebangkitan permintaan yang akan melihat jumlah penumpang mencapai 83% dari tingkat pra-pandemi pada tahun 2022,” ucap IATA.[]