Kamboja dan Tiongkok Ubah Pangkalan Militer Picu Ketakutan AS

Ilustrasi militer. (Foto: Narsum.id/Unsplash/Michael Afonso)

Jakarta | Kamboja dan Tiongkok telah memulai proyek yang didanai Tiongkok untuk mengubah pangkalan angkatan laut, sekitar 200 km melalui laut dari provinsi Trat, Thailand. Amerika Serikat (AS) pun khawatir fasilitas itu akan digunakan untuk militer Tiongkok.

Namun kedua negara menyangkal tuduhan itu, dengan Phnom Penh mengatakan bahwa pembangunan pangkalan itu bukan rahasia.

“Itu tidak ditargetkan pada pihak ketiga mana pun, dan akan kondusif untuk kerja sama praktis yang lebih erat antara kedua militer, pemenuhan kewajiban internasional yang lebih baik, dan penyediaan barang publik internasional,” kata duta besar Tiongkok Wang Wentian seperti dilansir dari Reuters.

Menteri Pertahanan Kamboja Tea Banh mengatakan bahwa proyek yang dibiayai dengan hibah Tiongkok itu juga mencakup peningkatan dan perluasan rumah sakit, serta sumbangan peralatan militer dan perbaikan delapan kapal perang Kamboja.

Baca Juga :   Evergrande Menggulingkan Dua Eksekutif Teratas

“Ada tuduhan bahwa pangkalan Ream yang dimodernisasi akan digunakan oleh militer Tiongkok secara eksklusif. Tidak, sama sekali tidak seperti itu,” kata Banh.

“Jangan terlalu khawatir, basis Ream sangat kecil. Itu tidak akan menimbulkan ancaman bagi siapa pun, di mana pun,” lanjutnya.

Wang menambahkan bahwa fasilitas itu akan memperdalam persahabatan yang erat antara kedua negara dan membantu memodernisasi angkatan laut Kamboja.

Pangkalan militer itu telah menjadi titik lemah dalam hubungan AS-Kamboja selama bertahun-tahun, dengan Washington menduga pangkalan itu akan diubah untuk digunakan oleh Tiongkok ketika berusaha menopang pengaruh internasionalnya dengan jaringan pos-pos militer.

Juru bicara kedutaan AS Stephanie Arzate mengatakan, AS dan negara-negara lain di kawasan itu telah menyatakan keprihatinan tentang kurangnya transparansi tentang maksud, sifat, dan ruang lingkup proyek ini, serta peran Tiongkok dalam pembangunannya.

Baca Juga :   Twitter: Ketidakpastian Elon Musk Mengganggu Pendapatan

“Kehadiran militer RRT eksklusif di Ream dapat mengancam otonomi Kamboja dan merusak keamanan regional,” kata Arzate.[]