OPEC+ Setujui Peningkatan Produksi Minyak Hingga 50%

Ilustrasi kapal tanker minyak. (Foto: Narsum.id/Pixabay/Freiheitsjunkie)

Jakarta | OPEC+ akan meningkatkan ukuran kenaikan pasokan minyaknya sekitar 50%, tunduk pada tekanan berbulan-bulan dari konsumen utama, termasuk Amerika Serikat (AS), untuk membantu meringankan dampak tingginya harga energi.

Menurut delegasi yang tak ingin disebutkan namanya, para menteri sepakat pada Kamis (02/06/2022) bahwa kelompok tersebut harus menambahkan 648.000 barel minyak per hari ke pasar pada Juli dan Agustus, naik dari 432.000 barel per hari dalam beberapa bulan terakhir.

Kenaikan akan dibagi secara proporsional antara anggota dengan cara biasa, kata delegasi seperti dilansir dari Bloomberg. Negara-negara yang belum mampu menaikkan produksi, seperti Angola, Nigeria dan Rusia, masih akan mendapat alokasi kuota yang lebih tinggi.

Hal itu bisa berarti bahwa peningkatan pasokan sebenarnya lebih kecil dari angka resmi, seperti yang sering terjadi dalam beberapa bulan terakhir.

Baca Juga :   Konflik Pertanahan Suku Anak Dalam 113 Tuntas Akhir Agustus

Peningkatan pasokan tambahan dari OPEC+ mungkin akan datang dari beberapa negara. Hanya Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) yang memiliki volume kapasitas cadangan signifikan yang dapat ditingkatkan dengan cepat. Banyak anggota lain telah berjuang untuk mencapai target output mereka selama berbulan-bulan.

Produksi Rusia telah turun signifikan sejak invasi ke Ukraina dengan kombinasi sanksi barat, kesulitan pengiriman dan penolakan dari sejumlah pelanggan tradisional. Menurut Badan Energi Internasional, produksinya 1,3 juta barel per hari di bawah target OPEC+ pada April.

OPEC+ adalah kelompok dari 24 negara penghasil minyak, terdiri dari 13 anggota OPEC dan 11 anggota non-OPEC lainnya.

Negara-negara yang tergabung dalam OPEC adalah Iran, Irak, Kuwait, Arab Saudi, Venezuela, Aljazair, Angola, Kongo, Guinea Khatulistiwa, Gabon, Libya, Nigeria, UEA.

Baca Juga :   Pengadilan PBB Tolak Tantangan Myanmar Atas Kasus Genosida Rohingya

OPEC+ termasuk Azerbaijan, Bahrain, Brunei Darussalam, Kazakhstan, Malaysia, Meksiko, Oman, Filipina, Rusia, Sudan dan Sudan Selatan.[]