Penembakan Massal di SD Robb Texas Tewaskan Setidaknya 21 Orang

Ilustrasi garis polisi. (Foto: Narsum.id/Unsplash/David von Diemar)

Jakarta | Seorang pria bersenjata berusia 18 tahun menewaskan 19 anak dan dua orang dewasa di sebuah sekolah dasar Robb di Uvalde, Texas, Amerika Serikat (AS), pada Selasa (24/05/2022), dalam penembakan sekolah paling mematikan di negara itu dalam beberapa tahun terakhir.

“Penyerang menembak dan membunuh, secara mengerikan dan tidak dapat dipahami, 14 siswa dan membunuh seorang guru,” kata Gubernur Greg Abbott pada konferensi pers seperti dikutip dari AFP.

Abbott menambahkan bahwa tersangka penembakan juga meninggal, yang diyakini tertembak oleh petugas polisi.

Ini adalah insiden paling mematikan sejak 14 siswa sekolah menengah dan tiga staf dewasa tewas di Parkland, Florida pada 2018, dan juga yang terburuk di sebuah sekolah dasar sejak penembakan Sandy Hook 2012 di Connecticut, yang menewaskan 20 anak dan enam staf.

Baca Juga :   Jepang Cantumkan Tiongkok, Rusia dan Korut sebagai Masalah Keamanan Utama

Akibat peristiwa mematikan ini, sekolah dasar Robb yang mengajar lebih dari 500 siswa, sebagian besar Hispanik dan siswa kurang beruntung secara ekonomi, meminta orang tua untuk tidak menjemput anak-anak mereka sampai semuanya dihitung.

“Tolong jangan jemput siswa saat ini. Siswa perlu dipertanggungjawabkan sebelum mereka dilepaskan ke perawatan Anda. Anda akan diberitahu untuk menjemput siswa setelah semuanya dipertanggungjawabkan,” kata sekolah di situs webnya.

Kekerasan mematikan di Texas menyusul serangkaian penembakan massal di AS bulan ini.

Pada 14 Mei, seorang pria kulit putih berusia 18 tahun menembak mati 10 orang di sebuah toko kelontong Buffalo, New York. Kemudian hari berikutnya, seorang pria memblokir pintu sebuah gereja di Laguna Woods, California dan menembaki jemaat Taiwan-Amerika, menewaskan satu orang dan melukai lima orang.

Baca Juga :   Krisis Pangan, Pelabuhan Laut Hitam Ukraina Bakal Segera Dibuka Kembali

Meskipun terjadi penembakan massal yang berulang, berbagai inisiatif untuk mereformasi peraturan senjata telah gagal di Kongres AS, meninggalkan negara bagian dan dewan lokal untuk memberlakukan pembatasan mereka sendiri.

Data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS menunjukkan, pada 2020 terjadi 19.350 kasus pembunuhan dengan senjata api di AS, naik hampir 35% dibanding tahun 2019.[]