
Jakarta | Perbankan Singapura, seperti DBS Group Holding Ltd, Oversea Chineses Banking Corp (OCBC) dan United Oversead Bank Ltd (UOB) mengalami penurunan kinerja, selama kuartal pertama tahun 2022. Hal itu salah satunya dipicu oleh volatilitas pasar serta kekhawatiran atas kenaikan inflasi dan gangguan rantai pasokan.
Perolehan laba DBS dan OCBC tercatat lebih baik dari proyeksi analis, yaitu masing-masing naik 4,3% dan 3,7%, melampaui kenaikan Straits Times Index. Sedangkan saham UOB turun 3,1% lantaran perolehan labanya di periode itu tak sesuai dengan prediksi analis.
Meski demikian, analis Bloomberg Intelligence Rena Kwok optimistis kualitas aset sejumlah bank Singapura akan tetap tangguh, seiring dengan pembukaan kembali aktivitas ekonomi di wilayah regional.
“Hamparan provisi dari manajemen bank dapat mengimbangi kemungkinan tergelincir saat tekanan ekonomi makro lebih besar,” kata Kwok yang dikutip dari Bloomberg, Jumat (29/04/2022).
Chief Executive Officer (CEO) DBS Piyush Gupta mengatakan, perkembangan geopolitik dalam beberapa pekan terakhir telah menciptakan hambatan ekonomi makro dan volatilitas pasar keuangan.
Gupta menambahkan, pertumbuhan yang melambat, inflasi yang tinggi dan gangguan rantai pasokan harus menjadi perhatian utama, di tengah ketidakpastian pandemi yang berkepanjangan.
Sementara CEO UOB Wee Ee Cheong mengatakan bahwa gangguan saat ini terhadap rantai pasokan global akan menopang pentingnya Asia Tenggara. Ia pun menyatakan tetap yakin akan pemulihan dan potensi jangka panjang kawasan tersebut.[]
Leave a Reply