Jakarta | Sejumlah perusahaan multinasional mulai menghitung kerugian mereka akibat hengkang atau berhenti beroperasi di Rusia, setelah negara itu menginvasi Ukraina.
Pertama, layanan streaming Netflix yang harus rela kehilangan 700.000 pelanggan untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade, akibat menangguhkan layanan di Rusia sejak 19 April lalu. Kemudian, jaringan restoran cepat saji McDonald’s Corp., harus menelan kerugian sekitar USD 50 juta per bulan, akibat menutup 847 gerainya di Rusia.
Selain itu ada juga produsen otomotif asal Swedia, AB Volvo, yang harus menyisihkan provisi senilai USD 432,2 juta untuk menutupi kerugian. Sejak Februari lalu, Volvo telah menangguhkan semua layanan di Rusia, termasuk penjualan dan produksi, yang tahun lalu berkontribusi sekitar 3% dari penjualan bersih grupnya sekitar 372,2 miliar crown.
Mengutip Reuters, peritel mode yang berbasis di Amerika Serikat (AS) TJX juga menyatakan akan menjual 25% sahamnya di jaringan toko pakaian murah Rusia, Familia. Nilai saham itu hanya USD 186 juta pada akhir Januari, lebih rendah dari yang dibayarkan TJX pada 2019 senilai USD 225 juta.
Demikian juga produsen rokok yang berbasis di New York, Philip Morris International Inc., terpaksa memangkas perkiraan pendapatan setahun penuh, setelah menutup usahanya di Rusia. Tahun lalu, Rusia menghasilkan pendapatan lebih dari USD 1,8 miliar untuk Philip Morris, menyumbang sekitar 6% dari penjualan global perusahaan itu.
Philip Morris juga memangkas perkiraannya untuk laba per saham yang disesuaikan tahun 2022 menjadi berkisar USD 5,45 – USD 5,56 dari yang diperkirakan sebelumnya berkisar USD 6,12 – USD 6,30, akibat melonjaknya beban biaya.[]
Leave a Reply