Sinopharm Terima Persetujuan Uji Klinis Vaksin Covid Baru

Ilustrasi vaksin. (Foto: Narsum.id/Pixabay/Alexandra_Koch)
Ilustrasi vaksin. (Foto: Narsum.id/Pixabay/Alexandra_Koch)

Jakarta | Produsen obat Tiongkok, Sinopharm menyatakan anak perusahaannya, China National Biotec Group (CNBG), telah menerima persetujuan untuk uji klinis vaksin baru yang secara khusus menargetkan varian virus corona Omicron. Pihak CNBG pada Sabtu (16/04/2022) menyebutkan, dua kandidat vaksin yang dikembangkannya telah disetujui untuk uji klinis sebagai booster di Hong Kong.

Dalam pernyataan resminya yang dikutip dari Bloomberg, pihak CNBG menjelaskan bahwa kedua kandidat itu mengandung virus Omicron yang tidak aktif atau mati, dan serupa dengan dua vaksin Sinopharm yang digunakan di Tiongkok dan negara lain, termasuk Thailand, akan diuji pada orang dewasa yang telah menerima dua atau tiga dosis vaksin.

Baca Juga :   Fenomena Citayam Fashion Week, Jokowi: Asal Positif Nggak Masalah

Namun itu tidak menentukan produk vaksin mana yang akan diterima peserta uji coba sebelum menggunakan booster eksperimental, atau berapa banyak subjek yang akan direkrut.

Hingga kini, para ilmuwan di seluruh dunia terus berlomba mempelajari suntikan yang ditingkatkan terhadap Omicron. Pasalnya, data menunjukkan bahwa antibodi yang ditimbulkan oleh vaksin berdasarkan strain yang lebih tua menunjukkan aktivitas yang lebih lemah untuk menetralkan varian yang sangat menular.

Sebuah penelitian di Tiongkok menunjukkan bahwa dosis keempat BBIBP-CorV, vaksin Sinopharm yang sudah ada, tidak signifikan meningkatkan tingkat antibodi terhadap Omicron ketika diberikan enam bulan setelah dosis booster ketiga menjadi rejimen dua dosis biasa.

Sedangkan dosis keempat memang mengembalikan tingkat antibodi ke sekitar tingkat puncak setelah dosis ketiga. Para peneliti mengatakan vaksin baru akan menawarkan alternatif yang lebih baik sebagai penguat di masa depan.

Baca Juga :   Pembelian Rumah di AS oleh WNA Terus Menurun

Tiongkok saat ini sedang kembali bergulat dengan wabah Covid-19, bahkan bisa dikatakan yang terburuk sejak awal pandemi. Jumlah infeksi di ekonomi terbesar kedua di dunia itu mencapai 24.680 pada Jumat, dan pusat keuangan Shanghai melaporkan lebih dari 23.500 kasus baru dalam 24 jam terakhir.[]