Jakarta | Pemerintah Amerika Serikat (AS) mengumumkan pada Selasa (12/04/2022) waktu setempat bahwa mereka telah memerintahkan seluruh karyawan non-esensial di konsulat Shanghai untuk pergi, sambil menyuarakan keprihatinan akan keselamatan orang AS di Tiongkok.
Tiongkok telah berpegang pada kebijakan “nol Covid”, yang bertujuan menghilangkan infeksi melalui penguncian atau lockdown yang ketat, pengujian massal, dan pembatasan perjalanan. Namun, kebijakan itu mendapat tekanan sejak Maret, lantaran lebih dari 100.000 kasus Covid di Shanghai telah menyebabkan lockdown di kota itu.
Keputusan lockdown pun memicu kemarahan publik yang meluas atas kekurangan makanan dan kebijakan yang tidak fleksibel untuk mengirim siapa pun yang dites positif ke pusat karantina.
Kritik terhadap Tiongkok semakin meningkat, terutama ketika negara-negara lain mulai belajar untuk hidup berdampingan dengan pandemi. Bahkan, Kamar Dagang Uni Eropa telah memperingatkan bahwa strategi virus corona Tiongkok mengikis kepercayaan investor asing.
Mereka pun mendesak pemerintah Tiongkok untuk mengubah pendekatannya dengan memvaksinasi orang tua, di antaranya tingkat inokulasi rendah dan mengizinkan orang dengan Covid ringan untuk dikarantina di rumah.
Melansir AFP, Beijing membalas keluhan AS, dengan juru bicara kementerian luar negeri Tiongkok Zhao Lijian pada akhir pekan lalu mengecam tuduhan tak berdasar AS dan bersikeras bahwa kebijakan Tiongkok ilmiah dan efektif.
Pihak berwenang Shanghai telah bersumpah tidak akan bersantai sedikit pun. Mereka telah menyiapkan puluhan ribu tempat tidur baru untuk menerima setiap orang yang dites positif terkena virus, terlepas dari mereka menunjukkan gejala atau tidak.[]
Leave a Reply