Impor Tiongkok Terdampak Strategi Nol-Covid yang Ketat

Ilustrasi ekspor impor. (Foto: Narsum.id/Pixabay/cegoh)
Ilustrasi ekspor impor. (Foto: Narsum.id/Pixabay/cegoh)

Jakarta | Impor Tiongkok pada Maret lalu menurun untuk pertama kalinya dalam hampir dua tahun terakhir, akibat terpukul oleh kebijakan penguncian atau lockdown Covid-19 dan melemahnya permintaan konsumen.

Seperti diketahui, Tiongkok telah berpegang pada strategi nol-Covid yang ketat, ketika mencoba mengatasi gelombang varian Omicron dalam beberapa bulan terakhir. Kebijakan itupun menghentikan operasi bisnis dan mengacaukan rantai pasokan.

Menurut data Administrasi Bea Cukai Tiongkok, impor turun 0,1 persen dari tahun lalu, penurunan pertama sejak Agustus 2020, pada fase awal pandemi. Tak hanya itu, pertumbuhan ekspor Tiongkok juga melambat di bulan Maret menjadi 14,7 persen, turun dari 16,3 persen dalam dua bulan pertama tahun ini. Neraca perdagangan Tiongkok pada bulan Maret adalah USD 47,4 miliar.

“Data perdagangan Maret menyoroti dampak gangguan terkait pandemi pada aktivitas ekonomi dan belanja konsumen,” kata Kepala Ekonom Asia-Pasifik di S&P Global Market Intelligence Rajiv Biswas yang dikutip dari AFP, Rabu (13/04/2022).

Baca Juga :   Mahfud MD: Musuh Kita KKB Bukan Rakyat Papua

Penguncian baru-baru ini, lanjutnya, di kota-kota besar seperti Shanghai dan Shenzhen telah memukul pengeluaran konsumen dengan keras, sedangkan penutupan sementara pabrik berdampak pada permintaan bahan baku impor.

Menurut Biswas, permintaan Eropa untuk ekspor Tiongkok bisa menjadi risiko utama, mengingat bahwa guncangan makroekonomi dari perang Rusia-Ukraina, terutama harga minyak dan gas yang lebih tinggi dan meningkatnya tekanan inflasi, mengakibatkan penurunan prospek pertumbuhan produk domestik bruto Uni Eropa pada tahun 2022.[]