Jakarta | Perang Rusia-Ukraina mendorong harga baja domestik yang sudah naik 20%, membuat pembeli rumah dan perusahaan konstruksi menanggung biaya yang lebih tinggi.
Baja merupakan salah satu bahan baku yang mengalami kenaikan harga, setelah Rusia melancarkan invasi ke Ukraina sejak 24 Februari 2022, yang juga turut mendongkrak harga minyak dunia.
Rusia adalah produsen dan pengekspor baja global, namun sejak invasinya ke Ukraina, manufaktur baja di kedua negara itu pun telah ditangguhkan atau ditutup.
“Berbagai produk baja menjadi lebih mahal. Harga batangan baja naik menjadi 28-29 baht per kilogram, sudah mempengaruhi sektor bisnis utama,” kata Direktur Asosiasi Produsen Baja Produk Panjang EAF Chaichalerm Bunyanuwat seperti dikutip dari Bangkok Post (12/04/2022).
Pengembang real estat dapat membebani pembeli baru dengan menaikkan harga rumah atau kondominium. Namun, perusahaan konstruksi yang sudah mendapatkan proyek dari pemerintah akan langsung terdampak karena harus membeli baja yang mahal.
“Konstruktor juga menghadapi kendala likuiditas, karena berdasarkan peraturan saat ini, butuh waktu lama bagi pemerintah untuk membayar mereka untuk faktor K [eskalasi],” ujarnya.
Produsen baja pun menghadapi biaya energi yang lebih tinggi dan menghadapi masalah dengan meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi biaya.
Menanggapi masalah ini, asosiasi menyarankan pemerintah Thailand merencanakan solusi jangka panjang dengan tidak mengizinkan ekspor billet dan scrap baja, lantaran harga global lebih tinggi dari harga domestik.
“Beberapa produsen baja lokal mungkin ingin mendapatkan keuntungan dari efek permintaan dan pasokan baja ini,” kata Chaichalerm.[]
Leave a Reply