Jakarta | Bank Pembangunan Asia atau The Asian Development Bank (ADB) telah memangkas prospek pertumbuhan ekonominya untuk Asia Tenggara. Hal itu dipengaruhi tiga faktor, yaitu risiko perang Rusia-Ukraina, dampak lanjutan dari pandemi dan pengetatan moneter di Amerika Serikat (AS).
Dalam laporannya yang dirilis Rabu (06/04/2022) waktu setempat, ADB menurunkan prospek pertumbuhannya untuk Asia Tenggara menjadi 4,9% tahun ini, dibandingkan 5,1% dalam laporan Desember.
“Meningkatnya ketegangan geopolitik dapat menghambat perdagangan dan produksi, dan memicu tekanan inflasi,” ujar kepala ekonom di ADB Alfred F. Park yang dikutip dari finews.asia.
Selain itu, menurutnya, pengetatan kebijakan moneter yang agresif di AS dapat menyebabkan ketidakstabilan keuangan, dan Covid-19 tetap menjadi ancaman. Melonjaknya angka Covid saat ini di Tiongkok dapat membahayakan pertumbuhan regional dan rantai pasokan.
Namun, dia masih memperkirakan negara berkembang Asia akan mencatat pertumbuhan ekonomi 5,2 persen tahun ini dengan ekspor yang solid dan permintaan domestik yang kuat, meskipun itu di bawah tren pra-pandemi.
Park memperkirakan, tingkat inflasi di kawasan itu akan tumbuh menjadi 3,7 persen pada tahun ini, dengan harga energi dan komoditas tetap tinggi.[]
Leave a Reply