
Jakarta | Pemerintah Jepang menyetujui rencana larangan ekspor mobil mewah dan barang-barang lainnya ke Rusia mulai 5 April, sebagai bagian dari sanksi ekonomi atas invasi negara tersebut ke Ukraina. Sepanjang 2020, nilai ekspor mobil Jepang ke Rusia mencapai 627,8 miliar yen atau setara Rp 73,9 triliun.
Kabinet Perdana Menteri Fumio Kishida telah merevisi peraturan yang relevan untuk menerapkan embargo ekspor tersebut, yang juga mencakup perhiasan dan karya seni.
“Kami akan bekerja dengan komunitas internasional, termasuk negara-negara Kelompok Tujuh (G7), untuk menerapkan sanksi keras,” kata Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang Koichi Hagiuda, seperti dilansir dari Kyodo.
Keputusan ini membuat Jepang berada di pihak yang sama dengan Amerika Serikat (AS) dan negara-negara anggota Uni Eropa dalam upaya menambah tekanan pada Rusia.
Sebelumnya, larangan ekspor barang mewah seperti ini pernah diterapkan Jepang kepada Korea Utara pada 2006, ketika negara itu mengumumkan telah melakukan uji coba nuklir. Sejak saat itu, Jepang sepenuhnya melarang impor dan ekspor ke Korea Utara.
Selain larangan ekspor barang mewah, Jepang bersama negara G7 juga setuju menolak permintaan Rusia untuk membayar impor gas alam dalam rubel.
Pekan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin memang meminta pembayaran dalam rubel untuk impor gas dari sejumlah negara yang masuk kategori tidak bersahabat, termasuk Jepang, sebagai salah satu upaya memperkuat kembali mata uang. Sebelumnya, pembayaran impor selalu dilakukan dalam dollar Amerika atau Euro. []
Leave a Reply