Jakarta | Produsen makanan asal Swiss, Nestle menegaskan bahwa mereka tidak meraih keuntungan di Rusia. Juru bicara Nestle menyebutkan bahwa pihaknya sangat banyak mengurangi kegiatan bisnis di Rusia, setelah adanya invasi ke Ukraina pada 24 Februari 2022.
“Kami telah menangguhkan semua impor dan ekspor, kecuali untuk produk vital,” kata juru bicara Nestle kepada AFP.
Nestle mengumumkan penangguhan pengiriman produk tertentu ke Rusia, termasuk Nespresso, pada 11 Maret 2022. Namun, penangguhan itu tidak berlaku untuk kebutuhan tertentu, seperti makanan bayi dan sereal.
Pernyataan ini diungkapkan Nestle setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuduh perusahaan itu masih melakukan bisnis seperti biasa di Rusia.
Dalam pidato yang disiarkan langsung ke rapat umum di luar parlemen Swiss di Bern pada akhir pekan lalu, Zelensky mendesak perusahaan-perusahaan Swiss untuk berhenti melakukan bisnis di Rusia. Ia pun memilih Nestle dan slogan “makanan enak, kehidupan yang baik”.
“Bisnis bekerja di Rusia meskipun anak-anak kita sekarat dan kota-kota kita dihancurkan,” kata Zelensky.
Sebelumnya, CEO Nestle Mark Schneider juga telah mengungkapkan kekecewaannya terkait invasi Rusia ke Ukraina.
“Kami berkomitmen untuk membantu tim kami dan keluarga mereka menavigasi situasi ini, yang kami tahu telah membawa tantangan yang tak terbayangkan bagi keamanan dan kesejahteraan mereka, serta kesehatan mental dan emosional mereka,” tulis Schneider di akun resmi Instagram Nestle.
Nestle pun mencocokkan donasi karyawan ke Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah atau International Federation of Red Cross Societies (IFRC) hingga 1 juta Swiss Franc.
Sumbangan IFRC akan membantu menyediakan tempat berlindung, barang-barang bantuan dasar, dan pasokan medis kepada orang-orang yang membutuhkan di wilayah tersebut. Ini merupakan tambahan dari sumbangan makanan dan produk kami yang signifikan di lapangan, dan kami tidak akan berhenti di situ.[]
Leave a Reply