Hari Bakti Rimbawan ke-39, BKSDA Yogyakarta dan Maluku Translokasikan 18 Ekor Parrot

Hari Bakti Rimbawan ke-39, BKSDA Yogyakarta dan Maluku Translokasikan 18 Ekor Parrot
Hari Bakti Rimbawan ke-39, BKSDA Yogyakarta dan Maluku Translokasikan 18 Ekor Parrot. (Foto:Narsum.id/KLHK)
Hari Bakti Rimbawan ke-39, BKSDA Yogyakarta dan Maluku Translokasikan 18 Ekor Parrot
Hari Bakti Rimbawan ke-39, BKSDA Yogyakarta dan Maluku Translokasikan 18 Ekor Parrot. (Foto:Narsum.id/KLHK)

Narsum.id – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Yogyakarta bersama Balai KSDA Maluku mentranslokasikan 18 ekor burung paruh bengkok di Pusat Rehabilitasi Paruh Bengkok dibawah pengelolaan Balai KSDA Maluku pada Rabu, (16/03/2022).

Kegiatan ini, dilakukan dalam rangka peringatan Hari Bakti Rimbawan ke-39 yang mengusung tema “Rimbawan menjaga lingkungan, mendukung sukses Presidensi G20 Indonesia”. Burung paruh bengkok yang ditranslokasi tersebut terdiri dari:

• 9 ekor Kakatua jambul kuning (Cacatua galerita)
• 3 ekor Nuri bayan (Eclectus roratus)
• 2 ekor Kakatua seram (Cacatua moluccensis)
• 2 ekor Kasturi ternate (Lorius garrulous)
• 1 ekor Kakatua tanimbar (Cacatua goffine)
• 1 ekor Perkici kuning hijau (Trichoglossus flavoviridis)

Kepala Balai KSDA Yogyakarta, Muhammad Wahyu menjelaskan, burung-burung yang ditranslokasikan itu merupakan hasil serahan masyarakat serta barang bukti yang telah inkrah dari Polda Yogyakarta sejak tahun 2016-2022 yang dititip rawat dan direhabilitasi di Stasiun Flora Fauna (SFF) Bunder Gunungkidul di bawah pengelolaan Balai KSDA Yogyakarta.

Baca Juga :   Pemerintah Dukung Masyarakat Memperoleh Manfaat dari Pariwisata Labuan Bajo

“Burung-burung yang ditranslokasikan telah melalui proses panjang uji kesehatan dan pengamatan perilaku yang dilakukan oleh tim di SFF Bunder dan Pengendali Ekosistem Hutan Balai KSDA Yogyakarta. Sebelumnya burung tersebut juga telah lulus uji tes PCR di Balai Besar Veteriner Wates,” tuturnya Jumat, (18/03/2022).

Namun, proses rehabilitasi tersebut belum tuntas mengingat habitat burung ini berada di kepulauan Maluku sehingga butuh proses rehabilitasi dan habituasi untuk beradaptasi dengan kondisi alaminya.

“Sehingga sangatlah bijak jika rehabilitasi akan dilanjutkan di Pusat Rehabilitasi burung paruh bengkok di Maluku,” ungkap Wahyudi. []