Sony Hengkang dari Rusia, Launching Game Gran Turismo 7 Ditunda

Sony
Stik PlayStation Sony. (Foto:Narsum.id/Pixabay/StockSnap)
Sony
Stik PlayStation Sony. (Foto:Narsum.id/Pixabay/StockSnap)

Narsum.id – Perusahaan yang hengkang dari Rusia makin banyak. Terbaru, pembuat video game, Sony dikabarkan angkat kaki dari negeri beruang merah setelah sebelumnya divisi perfilman telah lebih dulu menghentikan rilis film mereka. Tindakan ini, dilakukan akibat tekanan para konsumennya dari negara lain yang semakin menentang invasi yang dilakukan Rusia ke Ukraina.

Perusahaan Jepang tersebut, pada Rabu (09/03/2022) mengumumkan bahwa mereka telah menangguhkan pengiriman semua perangkat lunak dan perangkat keras PlayStation di Rusia dan menghentikan operasi PlayStation Store di negara itu. Selain itu, PlayStation juga menunda peluncuran game balap Gran Turismo 7 di Rusia.

“Sony Interactive Entertainment (SIE) bergabung dengan komunitas global dan menyerukan perdamaian di Ukraina. Kami telah menangguhkan semua pengiriman perangkat lunak dan perangkat keras, peluncuran Gran Turismo 7, dan pengoperasian PlayStation Store di Rusia,” tulis Sony dalam pernyataan resmi dilansir dari Digital Trends pada Kamis (10/3/2022).

Sony melalui akun Twitternya mengatakan, mereka bergabung dengan komunitas global dalam menyerukan perdamaian di Ukraina. Selain itu, untuk mendukung bantuan kemanusiaan, Sony akan menyumbangkan US$2 juta atau Rp 28,5 miliar untuk korban Invasi Rusia terhadap Ukraina.

Baca Juga :   Biden Luncurkan Tindakan Eksekutif Saat Gelombang Panas Menghantam AS

“Sony Group Corporation mengumumkan sumbangan 2 juta dolar AS kepada Komisaris Tinggi PBB untuk Refugees (UNHCR) dan LSM internasional, Save the Children, untuk mendukung para korban tragedi ini,” sambung keterangan resmi tersebut.

Langkah Sony mengikuti jejak perusahaan-perusahaan raksasa yang menangguhkan operasi di Rusia menjelang akhir bulan lalu. Adapun di dunia teknologi, perang telah mendorong perusahaan seperti Apple, Samsung, Microsoft, Nvidia, Netflix, dan TikTok untuk menangguhkan, mengurangi, atau mengubah operasi mereka di negara yang dipimpin Vladimir Putin tersebut.[]