Presiden Terpilih Korea Selatan Yoon Suk-yeol Dikenal Anti-feminis

Presiden terpilih Korea Selatan Yoon Suk-yeol. (Foto: Narsum.id/Tangkapan layar YouTube Channel MBN)
Presiden terpilih Korea Selatan Yoon Suk-yeol. (Foto: Narsum.id/Tangkapan layar YouTube Channel MBN)

Narsum.id – Yoon Suk-yeol terpilih sebagai presiden Korea Selatan (Korsel) yang baru, setelah mengungguli perolehan suara dalam Pemilu yang digelar Rabu (09/03/2022) waktu setempat. Yoon akan menggantikan Moon Jae-in yang masa jabatannya habis pada Mei mendatang.

Melansir Aljazeera, Yoon Suk-yeol meraih 48,6 persen suara, menang tipis dari saingannya Lee Jae-myung yang meraih 47,8 persen. Total perolehan suara yang dihitung sudah mencapai lebih dari 98 persen.

Sebelumnya, Yoon mengemban jabatan sebagai Jaksa Agung Korsel selama periode 2019-2021 dan juga dikenal karena penyelidikannya yang tanpa kompromi terhadap beberapa skandal korupsi di Korsel. Ia juga mendakwa pembantu utama Presiden Moon Jae-in atas penipuan dan penyuapan, dalam kasus yang menodai citra pemerintahan Moon.

Selama masa kampanye, Yoon sempat mengkritik sejumlah kegagalan Presiden Moon, antara lain ketidakmampuan pemerintah mencegah kenaikan kasus Covid-19 dan juga harga properti yang terus meningkat di Korsel.

Baca Juga :   Cryptocurrency Exchange Zipmex Hentikan Penarikan

Selain itu, Yoon berjanji akan membangun setidaknya 2,5 juta rumah dalam lima tahun ke depan. Ia juga berencana lebih mendukung pembukaan lapangan kerja dari sektor swasta ketimbang pemerintah dan memastikan akan mengurangi birokrasi perusahaan serta melakukan deregulasi industri aset virtual.

Mengutip Bangkok Post, sebagai seorang anti-feminis yang diakui, ia juga berjanji akan menghapus kementerian kesetaraan gender, dan mengklaim bahwa wanita Korsel tidak mengalami diskriminasi sistemik, meskipun banyak bukti yang bertentangan.

Tak hanya itu, Yoon juga mengancam serangan pendahuluan terhadap Korea Utara (Korut). Bahkan, ia ingin membeli sistem rudal THAAD AS tambahan untuk melawan Korut, meski ada risiko yang dapat memicu pembalasan ekonomi baru dari Tiongkok, mitra dagang terbesar Seoul.[]