Analis: Invasi Rusia Bawa Berkah Bagi Penghasil Komoditas, Termasuk Indonesia

Salah satu tambang batu bara di Kalimantan Selatan. (Foto: Narsum.id/Unsplash)
Salah satu tambang batu bara di Kalimantan Selatan. (Foto: Narsum.id/Unsplash)

Narsum.id – Invasi Rusia ke Ukraina tampaknya membawa berkah tersendiri bagi negara-negara penghasil komoditas, seperti Indonesia, Tiongkok, Australia dan Malaysia. Kenaikan harga komoditas dijadikan umpan bagi para spekulan untuk menjatuhkan negara-negara yang notabene memberikan sanksi ekonomi terhadap Rusia dan Belarusia.

“Yang membuat harga komoditas mengalami kenaikan bukan disebabkan oleh Rusia menginvasi Ukraina, namun sanksi yang berlebihan dilakukan oleh Amerika Serikat (AS), Uni Eropa dan Inggris terhadap Rusia dan Belarusia,” kata Direktur PT. TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi, dalam keterangan tertulisnya pada Senin, (07/03/2022).

Pasca-sanksi ekonomi diterapkan, lanjut Ibrahim, maka para spekulan di berbagai negara melakukan aksi beli yang tidak terbatas, membuat lonjakan harga komoditas yang tak wajar dan ini sebenarnya menjadi serangan telak bagi negara-negara yang memberikan sanksi ekonomi terhadap Rusia dan Belarusia.

Menurut Ibrahim, tanpa adanya ikut campur pihak ketiga, harga komoditas tidak mungkin mengalami lonjakan yang signifikan. Apalagi, sekutu Rusia yaitu Tiongkok yang kemungkinan akan mengikuti jejak Rusia, melakukan invasi terhadap Taiwan. Ini semua dampak AS, NATO dan Inggris yang terlalu gegabah dalam memberikan sanksi ekonomi.

Baca Juga :   Gedung Putih: Joe Biden Positif Covid-19, Konsumsi Obat Paxlovid

“Di samping itu, dengan lonjakan harga yang terus naik, Bank Sentral Amerika (The Fed) dalam pertemuan di tanggal 15 Maret 2022, kemungkinan akan menahan suku bunga sampai perang benar-benar sudah berhenti,” ujarnya.

Dampak dari sanksi tersebut membuat harga-harga komoditas, seperti minyak mentah, emas, gas alam dan batu bara mengalami kenaikan yang tidak wajar.

Ibrahim memprediksi, harga emas dalam hitungan Maret 2022 bisa menyentuh USD 2.150 per troy ounce/logam mulia Rp 1.150.000 per gram, minyak mentah WTI bisa menyentuh USD 200 per barel, batu bara USD 600 per ton, gas alam USD 5.500, dan Bitcoin bisa tembus USD 45.000 per koin.[]