
Grab Holding melaporkan kerugian sekitar US$ 1 miliar pada kuartal keempat tahun lalu. Secara akumulasi, nilai kerugian Grab pada 2021 lalu membengkak dari sekitar US$ 2,7 miliar dolar di tahun 2020, menjadi lebih dari US$3,5 miliar.
“Kami berencana untuk berhati-hati dan disiplin dalam mengalokasikan modal, karena kami menggandakan peluang pertumbuhan jangka panjang dari bisnis sesuai permintaan, periklanan, dan layanan keuangan,” tutur Chief Financial Officer Grab, Peter Oey dikutip Jumat, (04/03/2022).
Salah satu faktor yang membuat Grab Holding belum mampu meraih keuntungan, lantaran pada tahun lalu anggaran belanja Grab untuk insentif mitra pengemudi dan konsumennya melonjak dari sekitar US$1,2 miliar pada 2020, menjadi US$1,78 miliar.
Baca Juga :
- Menko Luhut: F1Powerboat Kesempatan Danau Toba Tampil ke Dunia
- DPR dan Kemenag Sepakati Ongkos Haji Tahun ini 49,8 Juta
- Batas Kewenangan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Laut Disepakati 14 Provinsi
Sementara nilai transaksi bruto (GMV) Grab naik 29% Year on Year (yoy) menjadi US$ 16,1 miliar atau sekitar Rp 231,6 triliun sepanjang tahun lalu. Dengan rincian, layanan pengiriman seperti Grab Express dan GrabFood tumbuh 56%, mobilitas seperti taksi dan ojek online turun 14% dan jasa keuangan 37%.
“Kami mempertahankan kepemimpinan kategori di semua vertikal inti dengan bisnis pengiriman makanan yang merupakan mayoritas di Asia Tenggara,” ungkap Oey. []
Leave a Reply