Laju Pemulihan Menguat, Sejalan Proyeksi Pemerintah

Jakarta, 10/02/2022 Kemenkeu – Laju pemulihan ekonomi menguat di tahun 2021 meskipun penuh dengan tantangan. Namun, konsistensi pemulihan ekonomi ini terjaga dengan baik dan sejalan dengan proyeksi pemerintah.

“Jadi data yang kemarin memang dirilis oleh BPS (pertumbuhan ekonomi Indonesia 3,69%) mengkonfirmasi outlook kita yang memang sudah kita pantau paling tidak dari sejak pertengahan tahun lalu,” jelas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu pada Kamis (10/02).

Febrio mengatakan bahwa pada saat terjadi serangan varian delta, Pemerintah secara cepat dan responsif melakukan pengendalian dan penanganan pandemi. Anggaran PEN ditambahkan dan aparat di lapangan bergerak secara cepat untuk mengendalikan mobilitas masyarakat, sehingga laju penularan bisa relatif cepat diturunkan.

“Dan pertumbuhan ekonomi yang terlihat di kuartal ketiga memang tertekan, tapi kita berhasil dengan penanganan kondisi pandemi yang sangat efektif tersebut kita berhasil rebound dengan sangat kuat di kuartal keempat. Ini menjadi modal bagi kita,” tambah Febrio.

APBN 2021 telah bekerja secara efektif dalam merespon dampak pandemi Covid-19. Strategi kebijakan APBN yang antisipatif dan responsif didukung partisipasi masyarakat dan sektor swasta, menjadi faktor utama laju pemulihan ekonomi. Level ekonomi pada tahun 2021 berhasil melampaui masa prapandemi (2019), menandakan pemulihan ekonomi nasional yang cepat dan kuat.

Pertumbuhan yang berkualitas juga ditunjukan dengan tingkat kemiskinan, ketimpangan dan pengangguran yang berhasil diturunkan kembali di tahun 2021. Program perlindungan sosial dan pengentasan kemiskinan dalam APBN efektif menurunkan tingkat kemiskinan kembali ke level single digit menjadi 9,7% per September 2021, menuju ke tren perbaikan kesejahteraan masyarakat yang telah terjadi di masa prapandemi.

“Kita tahu bahwa tekanan dari pandemi itu arahnya adalah ke aktivitas ekonomi juga, itu artinya kita harus memilih dengan sangat kuat kelompok mana yang akan kita lindungi lebih kuat. Nah, dari awal memang dari sejak 2020 kita tahu bahwa miskin dan rentan (rumah tangga) lalu UMKM dan mikro (sisi usaha) itulah menjadi prioritas utama kita. Dengan logika yang tajam seperti itu, kita memang mengharapkan hasil yang seperti kita lihat ini bahwa tingkat kemiskinan itu berhasil kita turunkan dengan signifikan setelah satu tahun saja,” lanjut Febrio.

Selanjutnya, walaupun pertumbuhan ekonomi sudah positif di tahun 2021, Febrio mengatakan bahwa Pemerintah juga harus memastikan tingkat penganggurannya juga menurun.  Pemulihan ekonomi mampu mendorong tingkat penyerapan tenaga kerja yang cukup massif di tahun 2021. Hal ini terlihat dengan turunnya level pengangguran dari yang tadinya 7,07% pada tahun 2020 menjadi 6,49% pada tahun 2021. Namun, meskipun angka ini belum kembali ke level pra-pandemi, Febrio mengatakan bahwa Pemerintah akan fokus untuk terus menurunkan angka pengangguran ini.

“Untuk 2022 ini kita pastikan bahwa ekonominya akan tumbuh memang kita melihat optimisme untuk pertumbuhan ekonomi di 2022 ini bisa di atas 5%, akan tetapi kita harus pastikan bahwa pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi itu akan disertai dengan kemiskinan terus juga menurun, ketimpangan juga akan terus membaik, dan penciptaan lapangan kerja baru harus lebih cepat lagi supaya kita menurunkan tingkat pengangguran kita ke level sebelum pandemi,” jelas Febrio. (nug/mr/hpy)